RSS

Fisika yang menyebalkan. Dinikmati jadi memusingkan. Tapi ku cinta...

Fisika yang menyebalkan. Dinikmati jadi memusingkan. Tapi ku cinta...

OMK ke Guluk-guluk


Kunjungan kali ini di hari minggu tanggal 19 Maret 2017.  Mulai dari hari Jumat-Sabtu, kita persiapan paduan suara untuk persembahan pujian dalam ibadat dan persiapan kegiatan SEKAMI.

Hari sabtu 18 Maret 2017, kita dapat kabar duka bahwa Bapak dari seorang teman OMK dipanggil Bapa. :'(

Kita hampir batalin keberangkatan ke Guluk-guluk, tapi setelah dibicarakan ulang, kita tetap jadi berangkat.
Hebatnya, beberapa teman-teman cowok berinisiatif buat karangan bunga, karena di sini gak ada tepat/jasa pembuatan karangan bunga. Teman-teman begadang sampe jam 1 malam untuk ngebuatnya. Makasih ya teman-teman. Mmm, sederhana namun indah. Sayang, gak sempat di foto, karena waktu itu kita bener-bener gak ada yang kepikiran buat foto-foto.

Setelah semua oke, kita berangkat ke Guluk-guluk yang jaraknya sekitar 1,5 jam perjalanan dengan sepedamotor. Sebelumnya kita singgah dulu di rumah duka (Matobe) yang sekitar 20 menit dari Sikakap.
Sampai di sana, suasana sangat sangat memilukan. Banyak keluarga dan sahabat yang datang, sangat ramai, seramai tangisan-tangisan yang sangat menyayat hati.

Matamu terpejam, insanpun terdiam
Nyanyi ria terputus, kegelapan mencekam
Salibmu tersandar dingin kaku
Saudara meratap tersedu
S’lamat jalan saudara
Mawar cinta perkasa
Semoga karsa dan harapan
Fajar baru merekah

Hari itu serasa kelabu. Kita berangkat dalam diam dan tanpa senyum. Padahal kita akan melayani anak-anak dalam sukacita.

Namun terkadang, kita sering dikelabuhi oleh perasaan, terutama rasa sedih yang mendalam, sehingga hati kita tertutup akan maksud dan rencana Tuhan. Bahwa tak ada duka yang abadi, pun tak ada sukacita yang abadi. Semua bergulir dan mengalir dengan adil. Tuhan tidak membiarkan dunia kami kelabu dan sedih sepanjang hari, Ia mengirim hal-hal konyol terjadi untuk kami tertawai bersama. The Amazing Father :) 

Aku gak tau siapa yang memilih jalan pantai untuk menempuh dusun Bubuakat---- Mangauk-ngauk. Karena kami berada di barisan paling belakang, ya kami cuma ngikut ketua rombongan yang di depan. Katanya ini jalan pintas, jalan pantai. Tak ada masalah, selama air laut tidak naik pasang.
Ternyata, ada masalah, air laut naik.   4 motor sudah jauh di depan dan nggak lagi kelihatan, sedangkan 4 motor lainnya sedang berusaha melewati air laut yang semakin naik. Belum lagi pasir yang dilalui lunak dan ban sering selip dan ntah berapa kali kita hampir jatuh.


(Mega dan Merpin. Penumpang harus turun untuk melewati beberapa jalan sulit)

Gak ada yang bisa dilakuin selama perjalanan 1 jam itu, selain menikmatinya dan menghibur diri. Hampir jatuh, kita ketawa. Motor gak bisa jalan sehingga penumpang turun, kita ketawa. Motor mogok, ketawa, mogok lagi, ketawa lagi. Hihihi, lucu. Perjalanan yang seharusnya bisa dilalui dengan 15 menit menjadi 1 jam lebih.  


(Beberapa teman sedang menyeberangkan motor untuk melewati sungai kecil)


(Nah, ini Frater kami yang sedang berusaha menaklukkan pasir kering, tak lupa penumpangnya Pepi memberi semangat. )

                       
Di ujung jalan pantai, beberapa teman sedang menunggu sambil berteriak memberi semangat, seperti kejuaraan lomba lari. Aku curiga, memberi semangat yang mereka maksud adalah kata lain dari ngetawain. Uuuhh, tapi tak apalah, tak ada yang dapat dilakukan selain ikut ketawa. Akhirnya kita ketawa bareng2, ngetawain yang baru aja dilaluin dan ngetawain Oreste yang ternyata adalah dalang dari diambilnya jalan pantai ini. Sungguh, berjalan dengan Oreste lumayan sengsara.

 Telat. Sampai di Guluk-guluk jam 11 pagi. Ibadat dimulai jam stengah 12 yang seharusnya jam 10. Tapi karena ada beberapa kejadian yang tak diduga, umat juga dapat memakluminya. Jam 1 selesai ibadat (lamaaaa) dan kita makan di rumah umat lalu jam 2 kita mulai pembinaan anak-anak. Hmm, di sini banyakan anak kecil. Yang sekolah udah pada berangkat ke desa Saumangnyak, tempat yang ada sekolah SMP dan SMA nya. Jadi anak-anak nggak begitu ramai. Dan ini nya lagi, OMK di sini ternyata nggak jalan. Nggak ada kegiatannya. :)
Tapi semoga dengan sharing hari itu, mereka punya inisiatif dan kemauan untuk bangkit lagi. Amin.


(Ini foto rombongan kita, OMK Sikakap)

(Dan ini kita bareng OMK Guluk-guluk setelah sharing bersama)

Ini beberapa foto kegiatan SEKAMI di sana.


(Mereka diajarin untuk berani memimpin doa spontan, Bapa kami, Salam Maria dan Kemuliaan)



 (Ini nggak tau ekspresi apa. Saking serius berdoa kali yak, atau yang lagi mau bersin. Hahaha)


(mereka semangat banget pas diajarin lagu-lagu baru. Ini pas lagu mentega dan roti.)


(Ini games kelas besar atau anak-anak kelas 4 ke atas)


(dan ini permainan kelas kecil. Hihi, masih imut dan lambat ngertinya. Jadi makin lucu lihat mereka bermain, saking lucunya kakak pembina lebih banyak ngumpul di sini)


Jam stengah 5 kita cabut. Aku sempat ke rumah tante bentar buat ambil pisang untuk mom. Lalu sambil jalan pulang, kita laksanain aksi sosial kita buat kasih bantuan beras ke umat yang dirasa layak untuk menerimanya.



(Nano, Buai’ = Nenek, Rijal dan Frater)


(Nano lagi jelasin  ke Buai’ dari mana asal bantuan pake bahasa Mentawai yang patah-patah. Hahaha)
                       

Ini adalah 2 nenek yang hidup sendiri yang tidak ada penghasilan pasti perbulannya. Mereka ke ladang menanam pisang atau keladi dan berusaha untuk tetap bertahan hidup sekuat mereka. Kami cuma bisa memberi beras yang nggak banyak, yang menurut ku, jujur, itu sangat sedikit dan nggak ada apa-apanya. Tapi untuk kita tau, bagi mereka makan nasi itu termasuk hal yang wah dan mewah di sini. Hanya beberapa keluarga yang bisa makan nasi setiap hari, seperti pegawai pemerintah dan orang yang punya kedai di sini. Tanteku, mereka biasanya makan pisang dan keladi yang diolah menjadi subbet (makanan khas mentawai), sedangkan beras itu hanya dimasak sekali sehari 1 tekong hanya untuk anak-anaknya, itupun dibanyakin airnya sehingga menjadi bubur, agar banyak, karena tante punya 3 anak. Kerasnya hidup. Aiihh, apalagi dengan nenek-nenek ini.

Beda banget dengan kita, nasi tuh ada banyak dan bahkan ada yang buang malah, tanpa banyak mikir. Terutama yang tinggal di kota. Semoga kehidupan masyarakat di Guluk-guluk semakin membaik dan kehidupan kitapun baik, dalam ekonomi, bertetangga dan dalam ber-Tuhan.

Perjalan pulang, hmmm, gimana ya. Lagu yang diajarin ke anak-anak tadi, jalan serta Yesus, menjadi lagu yang pas dinyanyiin sepanjang jalan. Aku dan Merpin berada di posisi paling belakang, dan setelah menempuh perjalanan sekitar 3 km, ban belakang kio bocor. Hiks hiks, kita mesti jalan sekitar 1 km, karena nggak ada bantuan. Teman-teman udah jauh di depan dan nggak lagi kelihatan. Gak ada bengkel, yang ada cuma sawah dan pohon-pohon, sungai, jembatan. Sukseslah lagu jalan serta Yesus kami nyanyikan. Karena merasa lelah, aku request ke Tuhan agar dikirim bantuan. Dan Puji Tuhan, Halleluyah, seorang datang dan mau menolong. Dia bawa aku ke desa terdekat (Saumanganyak) dan Merpin bawa kio. Di perjalanan aku ngira-ngira, kalo jalan kaki sejauh ini mah, beneran nggak kuat. Jauh kali pung.

Sampe di sana, teman-teman lagi nunggu di salah satu kedai. Oh, senangnya bertemu mereka. Aku sedikit cemas juga, karena hari mulai gelap. Kita minum dan makan wafer dan ngobrol dan ketawa dan ngelawak dan sambil nunggu kio dibaikin. Lagi-lagi, ini semua karena Oreste. Aku juga gak tau kenapa, tapi kak Eka bilang ini semua karena Oreste. Sampai diciptakan lagu, jalan serta Oreste, sengsara selamanya. Hahaha.

4 motor udah jalan duluan dan kami ga tau mereka dimana. Yang rombongan aku ada 4 motor dan kita udah kemalaman di jalan. Aku gak takut sih, karena rame-rame. Kalo cuma 1 atau 2 motor, itu horor juga. Gimana nggak, kiri kanan hanya hutan.

Akhirnya kita sampai di perumahan penduduk, Polaga, lalu Mangauk-ngauk, Bubuakat dan Matobe. Kita singgah bentar di rumah duka, buat ngecek jangan-jangan teman-teman lagi doa di sana. Dan betul, mereka semua di sana. Tapi kita nggak bisa masuk, dan mereka yang lagi doa nggak bisa keluar, karena ada doa yang lagi nggak bisa diganggu. 
Di sanalah aku lihat, seorang ibu kerasukan dan kejang-kejang, teriak-teriak. I am afraid, really really afraid. Di sana tu gelap banget, nggak ada lampu dan listrik. Oh God, untung kita bisa pergi, dan doa selesai dan kita bisa pulang semua, bareng-bareng dan Puji Tuhan, semua baik-baik saja. Hihihi takut ding.

Karena jalanan Matobe-Sikakap udah jalan bagus, mirip aspal dikit, kita bisa jalan ber-iringan 3 motor 1 baris. Kita buat formasi 3 3 3, eh motornya lebih satu ya. Hehehe, bukan, bukan motor hantu, tadi aku lupa hitung motor Abdi :)


Dengan formasi yang ngeborong jalan, kita konvoi dengan bernyanyi sepanjang jalan. Nyanyi kita adalah nyanyi anak-anak sekolah minggu, mulai dari jalan serta Yesus, jalan serta Oreste yang sengsara selamanya, Sorak-sorai, ku mau cinta Yesus, Bapa Abraham, Teman mari kita terbuka, hakuna dan banyaaaaakkk lagi. Hampir 3 album. Hahahaha. Lagi-lagi, kita pulang membawa sukacita dan bahagia di hati masing-masing. Semoga kita semua bahagia di dalam Tuhan. :)



:) Vi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

Sigalingging mengatakan...

is the best lah

Posting Komentar