Satu cerita ia nyanyikan sambil menggenggam tangan mungilku
Berjalan menyusur jalan setapak
Katanya, rumah di surga jauh lebih berharga dari pada rumah
di dunia
Aku mulai mengira-ngira bentuk surga
Dewasa aku dibawa waktu
Meluaskan jarakku dengannya
Cerita perlahan hilang
Nyanyian tak lagi ada
Ia mulai berjalan di belakangku
Semakin hari semakin jauh
Sesekali ku dengar suaranya
Sesekali saja
Suatu hari, aku pulang
Jalan setapak kini berganti
Rumah kayu kokoh itu menua
Dan Ia di sana, menunggu
Keriput kulitnya yang membalut tulang
Pakaian lusuh menutupi
Dan mata itu…
Oh Tuhan…
Mata yang dulu tajam menatap saat ku salah
Sekarang sayu tak bertenaga
Tak sanggup melihatnya,
aku berlari,,, terengah-engah
Kembali ke saat Ia tak bersamaku
Menyusuri jalan setapak, ketika ia tertinggal jauh
dibelakang
Berjalan sendiri memikul beban berat yang tak tertanggung
Jatuh berkali-kali
Sesekali ia tersenyum saat menggumamkan namaku
Letih, ia berhenti di pinggir jalan
Memanggilku,,, akan menceritakan kisah rumah di surga
Akan menyanyikan lagu kesukaanku
Tapi aku…
Oh Tuhan maafkan aku…
Aku terlalu sibuk oleh teman-teman
Terlalu penat dalam pikir ilmu
terlalu terburu-buru dikejar waktu
Maafkan aku, meninggalkanmu jauh dibelakang
Kini,,, ku bungkus kado-kado kecil
Berisi kebahagiaan
Yang akan kuberi padanya, setiap saat semampuku
:) Vi