RSS

Fisika yang menyebalkan. Dinikmati jadi memusingkan. Tapi ku cinta...

Fisika yang menyebalkan. Dinikmati jadi memusingkan. Tapi ku cinta...

Betaet krisis imam (For Chatolic only)



Ini hanya curahan hati.

Beberapa petinggi daerah yang secara tak sengaja ku temui di pusat kabupaten,  Tuapejat,  saat pengambilan SK, menitipkan pesan dan semangat untuk mengabdi di pantai barat, Betaet.  Hal ini juga didukung oleh informasi yang beliau-beliau dapatkan, bahwa aku akan sangat membantu daerah itu dibidang pelayanan.  Hihihi,  jelas saja itu sedikit menggelitik,  karena selama ini aku bekerja dan beraktivitas bukan di zona pemerintahan Mentawai. Lalu tiba-tiba aku menjadi sedikit terkenal dan jujur membuatku merasa sedikit bangga.   😁😁😁
 Namun itu tak bertahan lama,  karena informasi-informasi yang disampaikan mengenai daerah ini,  sempat membuatku dan beberapa teman gemetar.  Termasuk ombaknya. Hmm,  aku akan mengalaminya nanti,  ketika tiba di sana,  begitu pikirku.

Lalu sampailah aku di sini,  sekarang ini,  dan saat menulis blog ini,  1 bulan setelah mengalami rasa bangga yang tak seberapa itu.

Gereja,  bangunannya,  beralas pasir.  Berdinding kayu,  apa adanya.  Beberapa bagian ditambal menutupi lubang.
Baiklah,  itu hanya bangunan,  mari kita lihat gereja yang merupakan orangnya.

Anak-anak,  orang muda...
yang sangat haus akan pembinaan dan pendampingan. Ratusan orang jika digabung,  tapi tak ada pembina.

Orang tua?  Entahlah, aku gak tahu,  apakah orang tua juga butuh pembinaan rohani. Yang ku tahu,  WKRI gak ada di sini,  karena gak ada yang mendampingi dan menggerakkan.

Pembabtisan?  Pemberkatan perkawinan?  Rosario?  Pendalaman iman?  Bulan kitab suci nasional?
Bagaimana bisa berjalan,  semua di sini adalah awam yang lebih banyak tidak tahunya daripada tahunya,  sehingga yang berjalan hanya ibadat sabda di hari minggu.  Bahkan seorang katekis pun tak ada.

Ini,  baru 1 daerah,  pusat kecamatan Siberut Barat, desa Simalegi.  Ada 2 desa lagi selain ini,  Simatalu dan Sigapokna,  dengan puluhan dusun dan ribuan orang yang perlu dan sangat memerlukan pelayan. Terutama pelayanan seorang gembala.
Di sini,  ladang sangat luas,  tapi pekerja,  tak ada.  😢😢😢

Jadi,  kita tak bisa salahkan siapa-siapa jika beberapa orang atau keluarga berpindah ke agama lain, dengan banyaknya bantuan moril dan materil, hadir secara langsung disini. Itulah kenyataan yang sedang dihadapi Betaet saat ini. 

Baru saja 1 bulan,  aku sudah haus akan Ekaristi.  Aku rindu perayaan Misa di Katedral Padang yang begitu khusuk dan menentramkan,  dengan megahnya bangunan gereja atau seperti perayaan misa di gereja Sikakap atau di Tuapejat.  😢😢😢

Sudah 4 kali minggu,  4 kali ke gereja, ingin menangis,  ingin cerita,  ingin meminta bantuan.  Tapi tak tahu caranya,  tak tahu kemana. Akhirnya hanya bisa cerita di dinding blog.

Maka, sangat sangat sangat dan patut bersyukurlah jika teman-teman memiliki imam dan tempat ibadah yang nyaman.
:) Vi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Siberut Barat

Perjalanan ke Siberut barat sudah terbayang olehku.  Ombak yang setinggi rumah dan tebing batu di sekitar pantai yang ditakuti orang untuk berkunjung ke sana.  Bukan aku yang pernah ke sana,  tapi orang yang pernah ke sana menceritakannya dengan semangat dan dengan ekspresi yang meyakinkan.  Aku yang awalnya hanya takut menjadi semakin takut.  Aku pikir,  ke sana hanya untuk ngantar nyawa.  Hahaha.
Tapi...  Setelah sampai di sana,  gak ada ombak setinggi rumah.  Ga ada tebing batu di kiri kanannya. Perjalanan kami baik-baik saja,  walaupun aku tetap nangis ketika akan sampai karena melihat ombak yang besar.  Tapi tetap,  ombaknya tidak sampai setinggi rumah.  Mungkin hanya setengahnya saja.
Hmm,  terkadang orang-orang suka melebih-lebihkan cerita lalu menambah bumbu biar sedikit lebih sedap.  Padahal bumbu yang sedikit itu bisa saja berdampak besar bagi orang lain.  Maka,  teman-teman,  mari kurangi bumbu dalam bercerita.  Kita katakan apa adanya saja.  😊😉
Kembali ke Siberut Barat,  yang merupakan pantai paling barat dari kepulauan Mentawai.
Banyak hal unik di sini,  seperti bahasa yang belum pernah aku dengar sebelumnya.  Kadang ada bahasa yang mirip dengan bahasa korea,  seperti 'igoo' untuk bilang 'aduh'.  Lalu ada kebiasaan ibu-ibu menyematkan bunga di rambutnya,  yang katanya menandakan bahwa mereka sedang bersukacita.  Yang gak pake bunga di kepalanya mungkin lagi merasa biasa-biasa aja.  Hihihi.  Dan orang tua yang memiliki anak kecil akan menggunakan 'inu' atau kalung manik khas Mentawai.  Mmm,  terus di sini setiap keluarga pasti memiliki gerobak kayu,  yang selalu digunakan untuk membawa hasil ladang dan untuk mengangkat pasir.  Di sini sulit mendapatkan bahan makanan karena akses yang sulit ditambah ombak yang sedikit besar.  Harga barang menjadi mahal karenanya.
Ah,  ada beberapa foto tentang kampung ini,  terutama sekolahnya,  tempat kerjaku.

Awalnya gak terima dikirim ke Betaet,  Siberut Barat.  Tapi apalah daya,  akhirnya diterima juga.  

Pandangan pertama 


Pantai Betaet arah selatan 

Ini,  yang mana siswa yang mana guru.  Hahaha.  Bermahkota ria setelah goro.  
Gurunya hanya yang baju biru,  selebihnya anak-anak SMP N 1 Siberut Barat.  

Halaman sekolah,  depan kantor.  Biar di daerah terluar,  wifi wajib ada...  😀😀😀

Soal adat dan budaya?  Disini masih kaya.  Kantong aja yg gak kaya.  Wkwkwk

Masih guru.  Dulu juga pernah capture gini di kelas 7-3 SMP Frater Padang,  kali ini di kelas 7-a SMP N1 Siberut Barat. 

Halaman dan bangunan kelas





:)Vi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS