July 3 rd 2016
Aku harus mengurus beberapa surat terkait kependudukan di Tuapeijat,
tempat yang tidak begitu kusukai. Oleh mahalnya biaya hidup, oleh gaya hidup
para pegawai pemerintahan, oleh pengalaman hidup disana ketika tamat SMA dulu
(skip it). Hal ini menumbuhkan ketidaksukaanku untuk tinggal disana.
Terpaksa, adalah kata yang menghantarkanku ke sana. Dan note
ini kutulis sehari setelah kembali dari Tuapeijat.
Aku bersyukur Tuhan memaksaku untuk mengurus surat-surat itu
di Tuapeijat, sehingga aku dipertemukan dengan keluarga baik yang lucu.
Terkadang, hal baik dan indah kita temukan saat kita melakukan hal dengan
terpaksa. Hidup suka begitu, tak tertebak.
Kembali ke Tuapeijat.
Keluarga Bapak Taslim Samongilailai dan Ibu …. Saleleubaja.
(Tak kuagai onim tante, bojoik). Mereka
menyambut ku dan adekku (Lina) dengan baik di sana. Memperlakukan kami seperti
saudara sendiri, padahal jika digali-gali, tak ada hubungan keluarga selain hubungan
yang dibuat buai’ Adam sama buai’ Hawa. Anak-anaknya juga baik. Biar ku
perkenalkan. Ada si Wan yang kuliah di UPI, si Jendri kelas 3 SMP, si Esteik
kelas 5 SD dan si Putri anak yang ketemu di bakkat bago’. Hahaha. Just Kidding
Put. Ada Ian juga, teman, sahabat, dan abang, yang sebernarnya memperkenalkan
aku dengan keluarga ini.
(Jendri, Wawan, Putri, Lina, Aku)
Karena pengurusan surat-surat mudah dan cepat, maka
banyak waktu dan hari yang kami lewati dengan mono. Tapi karena karena karena,
maka kami pergi mugejek juga ke tugu Sikerei di kilo 9 dan ke pantai
Mapaddegat. Mandi laut. Indah, tak
seperti namanya Jhehe.
Putih pasirnya, biru lautnya sebiru langitnya. (langit di atas, bukan di bawah
hahaha).
(Aku dan Asteik, menikmati pantai dengan cara masing-masng)
(Persiapan matang mah kawan, bawa subuk. Abis berenang, makan, terus berenang lagi, makan lagi)
Malamnya, atau diwaktu kerja atau masak, si tante akan
bercerita banyak, tentang keluarganya, tentang lawakan mentawai dan banyak
lagi. Kami akan sibuk dengan hp masing-masing. Hahaha… namun ketika beliau menceritakan cerita lawak, aku
akan mendengarnya baik-baik, tak mau ketinggalan. Lucuuuu sekali. Saking
lucunya, aku gak bisa membaginya di sini. :D
Jadi kami sering berdiskusi dengan Ian, tentang banyak hal,
termasuk rahasia awetnya hubungan suami istri di rumah ini (banyakan curhat
tentang Hesti dia ding, hahaha). Rahasianya, mereka selalu mendiskusikan segala
hal, berdua saja. Romantis kan?
Karena simaman sibuk kerja hingga pulang jam 3 dini hari,
dengan setia sitante nungguin sambil tidur :D. lalu mereka akan membahas
hal-hal rumit yang mereka alami dalam pekerjaan, anak-anak, tetangga dan semua
hal. Hihi… dapet bekal inih.
Jadi, aku berterima kasih pada temanku Ian, pada tante dan
keluarganya, pada Tuhan yang baik. Semoga aku bisa baik seperti mereka :)
Perjalanan pulang :) Beautifull :)
:)
Vi