Wednesday, 5:27 am.
‘ kakak, ada makanan gak? Aku lapaaaaaaarr’ ucapku lewat
telpon selulerku.
‘ ada, datanglah’ jawab seseorang di sana dengan singkat.
Aku bergegas menuju rumah besar yang makanannya berlimpah
itu. Sebuah rumah yang disebut Keuskupan. Kokinya, seorang gadis Nias yang
masakannya enak sekali, seorang yang ku panggil kakak, yang mengajarkanku
banyak hal dari perjalanan hidupnya. Dia baik.
Aku suka menghabiskan weekend di sana, selain karena tak
perlu khawatir tentang makanan, kita suka cerita-cerita, nonton bareng, dan ini
yang paling penting, nari bareng. Kita putar kaset boyband/girlband Korea,
udah… semua sibuk niru gerakan para bintang. Lucu abis. Ini penghilang stress
ku no. 3. J
Kakak punya adek yang tinggal dan berkerja bersamanya. Jadi
kami ada 3 orang, mengguncang Keuskupan yang sepi dengan tawa menggelegar
(kayak petir aja) dan joged yang beserakan.
Mereka orang terdekat no.3-ku di kota ini. Yang buatku
nyaman adalah aku bisa tampil apa adanya dan menjadi diri sendiri saat bersama
mereka. That’s important.
yang satu lagi nyasar.
:) Vi